Abstract | AbstrakPenelitian ini bertujuan membuat model pemberdayaan masyarakat pascaerupsi Gunung Merapi di lokasi yang terkena dampak paling parah yaitu: di Desa Tlogolele Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Desa Jumuyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang dan Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah serta Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Yogyakarta. Menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk melakukan pengkajian keadaan desa secara partisipatif melalui wawancara mendalam, observasi dan focus group discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukan dari keempat lokasi, memiliki kesamaan dalam model pemberdayaan yaitu: (1) Masyarakat ÃÂàmembutuhkan serangkaian kegiatan pemberdayaan secara menyeluruh, antara kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan. Karena selama ini, masyarakat telah mendapat penyuluhan, pelatihan dan bantuan, akan tetapi untuk program pendampingan yang dibutuhkan tidak diberikan. Akibatnya kurang mendukung pada keberlanjutan, peningkatan produktivitas dan pemasaran. ÃÂà(2) Masyarakat membutuhkan lembaga koperasi yang memiliki badan hukum sebagai pusat usaha perekonomian untuk memenuhi kebutuhan permodalan, bahan baku, dan akses jaringan pemasaran. (3) Masyarakat membutuhkan pelatihan secara periodik dan penguatan kembali kelompok siaga bencana di tingkat desa.ÃÂàAbstractThis research aims to create empowerment model after the eruption of Mount Merapi in locations most severely affected: Tlogolele Village of Selo District in Boyolali Regency, Jumoyo Village of Salam District in Magelang Regency and ÃÂàBalerante Village in Kemalang District of Klaten Regency in Central Java Province and Kepuharjo Village of Cangkringan District in Sleman Regency in Yogyakarta Province. The research used Participatory Rural Appraisal (PRA) method for assessing participatory village situation through in-depth interviews, observation and focus group discussion (FGD). The results showed that the four villages, had similarities in the empowerment model: (1) Community requires a series and comprehensive of empowerment activities between extension, training and mentoring. (2) Community requires cooperative institution as a business center to obtain capital, raw materials and network marketing access. (3) Finally the community should receive periodic training and transformed to be a disaster task force at the village level.ÃÂé 2013 Universitas Negeri Semarang |