Abstract | Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah merupakan sentra penghasil sapu glagah. Sapu glagah adalah sapu yang terbuat dari ijuk rumput glagah. Permintaan tidak hanya berasal dari dalam negeri tetapi juga luar negeri,seperti Korea Selatan, Malaysia dan Taiwan, mencapai 200.000 unit/bulan. TujuanÃÂÃÂ penelitian: 1) menganalisis biaya dan pendapatan usaha pembuatan sapu glagah; 2) melakukan analisis kelayakan usaha pada Industri Kecil pembuatan sapu glagah di Kabupaten Purbalingga. Sampel ditentukan secara purposif, yaitu Industri KecilÃÂÃÂ dengan omset lebih dari 10 ribu per bulan, yaituBina Remaja , Sumber Rezeki, Sumber Rayung dan Rayung Abadi. Lokasi penelitian Kabupaten Purbalingga, metode penelitianÃÂÃÂ studi kasus. Metode analisis yaitu analisis biaya dan pendapatan serta analisis finansial . Hasil penelitian menunjukan bahwa produk yang dihasilkanÃÂÃÂ antara 50-60 persen untuk di ekspor. Tahun 2011, Bina Remaja memperoleh profit tertinggi yaitu sebesar Rp628,187,500.ÃÂÃÂ Sumber Rayung mendapatkan profit negative sebesar Rp97,830,000. Hanya ada dua perusahaan yang secara finansial menguntungkan yaitu Sumber Rejeki, dengan NPV sebesar Rp173.395.192,00, IRR sebesar 58,70% dan B/C 3,2. ÃÂÃÂ Bina Remaja, dengan NPV sebesar Rp396.859.412,00, IRR sebesar 47,14% dan B/C sebesar 2,1.ÃÂÃÂ Sedangkan Rayung Abadi dan Sumber Rayung menunjukan NPV negatif.ÃÂÃÂ Hasil observasi dan pengamatan ternyata para IKM sapu glagah belum mengadakanÃÂÃÂ pembukuan dalam mengelola usahanya.ÃÂÃÂ Hal inilah yang didugaÃÂÃÂ menyebabkan pada saatÃÂÃÂ dianalisis secara finansial menghasilkan NPV negatif. Kendala yang dihadapi oleh IKM antara lain sifat musiman dari bunga glagah sebagai bahan baku utama dari sapu glagah, harga glagah yang tidak stabil serta pengrajin tidak dapat menentukan harga jual produknya. Harga ditentukan oleh para eksportir, sehingga IKM hanya sebagai price taker.ÃÂÃÂ Pemilik Industri Kecil juga tidak pernah tahu harga sapu glagah di luar negeri, karena keterbatasan pengetahuan.ÃÂÃÂ ÃÂÃÂ Kata kunci: glagah, kelayakan, industriÃÂÃÂ kecil price taker |