Abstract | Jeruk tanpa biji merupakan salah satu karakter penting dalam program pemuliaan tanaman jeruk. Salah satu metode yang sering digunakan untuk menghasilkan jeruk tanpa biji adalah menggunakan tetua persilangan dengan karakter mandul jantan (male sterility) dan partenokarpi. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi et al. (2013c) menunjukkan adanya segregasi karakter mandul jantan pada hibrida hasil persilangan âÃÂÃÂHY16âÃÂà(Citrus hanayu ÃÂàC. yuzu)ÃÂàÃÂàâÃÂÃÂFoster PinkâÃÂàgrapefruit (C. paradisi). Ada tujuh marka RAPD terseleksi dari total 260 primer yang digunakan terkait karakter mandul jantan pada hibrida hasil persilangan tersebut. Marka tersebut meliputi CMN-A10, CMN-A19, CMN-B66, CMN-B19, CMN-B92, OPA05 dan OPB17. Peta pautan antara karakter mandul jantan dan ketujuh marka tersebut sudah dibuat dengan jarak terdekat 8,4 cM terhadap gen dominan (gen R1 atau R3) dan 15,5 cM terhadap gen resesif (r1 atau r3). Ketujuh marka tersebut digunakan untuk melakukan skrining terhadap 15 jeruk lokal dan introduksi dengan karakter fertil jantan serta karakter berbiji atau non biji. Suatu varietas jeruk dikatakan bersifat non biji bila memiliki enam biji atau kurang. Profil agarose menunjukkan bahwa tiga primer (OPA5, CMN-B19 dan CMN-B92) teramplifikasi pada semua jenis jeruk yang diuji. Hasil analisis PCR menunjukkan tiga marka yaitu CMN-B66, CMN-A19 dan CMN-A10 teramplifikasi pada semua jenis jeruk yang diuji kecuali pada jeruk nipis non biji (C. aurantifolia). Di sisi lain, ada satu marka yaitu OPB17 yang teramplifikasi hanya jeruk nipis non biji. Pengamatan morfologi terhadap bunga jeruk nipis non biji menunjukkan adanya kondisi fertil jantan. Meskipun demikian, jeruk nipis non biji ini memiliki gen dominan terkait fertil jantan dan gen resesif terkait mandul jantan. ÃÂàKata kunci : Jeruk, mandul jantan, marka RAPD, pautan sifat. |