Abstract | Latar Belakang : Kulonprogo sebagai kabupaten dengan pendapatan penduduk terendah di DI Yogyakarta memiliki jumlah kasus diabetes melitus pada peringkat keenam sebesar 13.438 orang. Diabetes melitus sebagai penyakit kronis yang memiliki dampak yang besar bagi kesehatan secara luas, sehingga usaha penjagaan kondisi kesehatan pasien diabetes melitus lewat kepatuhan berobat menjadi penting. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kokap yang sebagian daerahnya masuk dalam kawasan Perbukitan Menoreh. Penggunaan SIG dalam penelitian ini akan dapat memberikan gambaran utuh mengenai kondisi alam di Kokap dalam hubungannya dengan kesehatan.Tujuan Penelitian : Menyusun gambaran aksesibilitas jarak pasien ke puskesmas dalam bentuk peta serta menyusun variasi kunjungan pasien berdasarkan jarak, jenis transportasi dan waktu tempuh ke masing-masing puskesmas di Kecamatan Kokap, menjelaskan perbedaan kepatuhan berobat pasien diabetes melitus dengan memperhitungkan aksesibilitas pasien diabetes melitus dilihat dari jarak, jenis transportasi dan waktu tempuh ke puskesmas.Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Kuesioner pengambilan data mengacu pada Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) untuk menilai kepatuhan berobat. Data diambil dari populasi jumlah total pasien diabetes melitus dengan metode cluster random sampling sebanyak 52 sampel. Penghitungan jarak dengan network analysis dalam ArcGIS 10 beserta pembuatan petanya. Hubungan antar variabel dianalisis dengan Geoda 1.6.Hasil : Gambaran aksesibilitas dilihat dengan buffering sejauh 3 km dari setiap puskesmas dengan rumah pasien, kunjungan pasien menggunakan 2 variasi yaitu kepatuhan dengan kategori variabel tinggi dan kepatuhan dengan kategori variabel rendah, hasil regresi menggunakan Geoda diperoleh nilai probalitas kepatuhan berobat DM dengan masing-masing variabel jarak tempuh, jenis transportasi dan waktu tempuh adalah 0,00542; 0,00779; 0,00033 sedangkan nilai probabilitas untuk ketiga variabel secara bersamaan berada diatas 0,05 begitu juga dengan karakteristik responden.Kesimpulan : Gambaran aksesibilitas jarak pasien pada Puskesmas Kokap 1 dilihat dari distribusi rumah pasien lebih menyebar, variasi kunjungan pasien dengan kategori variabel tinggi memiliki jumlah kepatuhan yang lebih banyak di setiap desa sehingga untuk pasien yang tidak patuh diperlukan perlakuan khusus dari puskesmas, terdapat perbedaan kepatuhan dengan masing-masing variabel jarak tempuh, jenis transportasi dan waktu tempuh namun tidak terdapat perbedaan kepatuhan dari ketiga variabel secara bersama-sama dan karakteristik responden. Kurangnya ketersediaan transportasi umum menjadi pertimbangan pasien dalam berobat ke puskesmas. Perbedaan kedekatan posisi rumah dengan jalan lokal menyebabkan perbedaan waktu tempuh. |