Abstract | Tidak bisa dipungkiri bahwa globalisasi merupakan exogenous driving force akan banyak perubahan sosial dan politik selama beberapa dekade terakhir. Sebuah fenomena sosial politik yang semakin kentara dalam perkembangan ini adalah tercerabutnya identitas sebuah entitas sosial politik, termasuk masyarakat yang ada di Indonesia. Dengan angka penetrasi internet yang semakin tinggi, tercerabutnya budaya ini terasa sampai ke daerah. Namun, bukan berarti kearifan lokal masyarakat Indonesia hilang begitu saja. Bancakan Salak adalah salah satu budaya kontemporer yang berusaha untuk mempertahankan unsur-unsur kearifan lokal. Kata âÂÂbancakanâ sendiri bermakna sebagai âÂÂbentuk rasa syukurâ dengan menggelar makan bersama. Salak, pada sisi yang lain, adalah komoditas perkebunan utama di Dusun Pengajaran, Desa Galengdowo, Kec. Wonosalam, Jombang. Bancakan Salak menjadi sangat menarik untuk diteliti jika dikaitkan dengan tergerusnya budaya karena globalisasi. Maka, penelitian ini mencari tahu seluk beluk perjuangan pemerintah desa Galengdowo untuk tetap melestarikan budaya dan kearifan lokal yang ada di tengah pusaran globalisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (mix method). Adapun instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data primer maupun sekunder adalah wawancara, observasi, dan kuisioner. Dengan tiga instrumen tersebut, diharapkan tim peneliti mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana sejarah Bancakan Salak dan mengapa tradisi Bancakan Salak dibuat lagi oleh pemerintah desa Galengdowo. |