Title | Pelatihan Berkomunikasi Lisan Melalui Tata Bahasa Jepang bagi Pemandu Wisata Khusus di Kabupaten Bangli |
Author Order | 2 of 4 |
Accreditation | |
Abstract | Abstrak: Kegiatan pengabdian dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang bagi pemandu wisata di Kabupaten Bangli. Kurangnya kemampuan berkomunikasi lisan menggunakan bahasa Jepang, disebabkan karena pemandu wisata khusus belajar secara otodidak.. Hal ini sangat berdampak pada kualitas interaksi dengan wisatawan. Pentingnya dosen dan mahasiswa mengimplementasikan perannya berdasarkan pada Tri darma perguruan tinggi sehingga diadakan kegiatan pengabdian di Kabupateng Bangli dengan tujuan agar pemandu wisata khusus mampu berkomunikasi sesuai tata bahasa Jepang, sehingga dapat memberikan pelayanaan jasa yang sesuai dengan harapan wisatawan Jepang. Pada masa pandemi COVID-19, metode yang digunakan saat kegiatan pelatihan dilakukan secara dua arah sehingga terjalin komunikasi yang baik. Kegiatan pengabdian dilakukan secara daring menggunakan aplikasi Zoom. Meskipun tidak dilaksanakan tatap muka, namun pemandu wisatawan khusus sangat antusias mengikuti kegiatan pelatihan selama enam bulan yang dilaksanakan setiap hari minggu dengan dua sesi pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran peserta dari berbagai kelompok sadar wisata di kabupaten Bangli dengan usia yang bervariasi tetap tekun mengikuti pelatihan sampai akhir. Hasil dari pelatihan ini memberikan suatu perubahan cara berkomunikasi pemandu wisata khusus dalam menggunakan tata bahasa Jepang dengan cepat dan tepat. Dampak yang telah dirasakan oleh pemandu wisata khusus adalah munculnya rasa percaya diri yang tinggi saat berkomunikasi karena telah memahami tata bahasa yang tepat sehingga maksud dapat tersampaikan dengan baik dan dapat mengimplementasikan etika berkomunikasi lisan menurut budaya masyarakat Jepang.Abstract: Grammar is a basic reference for foreign language learners to communicate orally properly and correctly. The lack of oral communication skills using a foreign language, namely Japanese, is caused by most of the tour guides learning Japanese on a self-taught basis, so that the understanding of the importance of applying grammar in communicating is minimal. This greatly impacts the quality of interaction with tourists. Due to the importance of lecturers and students implementing their roles based on the Tri dharma of higher education, community service activity were held in Bangli Regency with the aim that the special tour guides were able to communicate in accordance with Japanese grammar, so that they could provide services that were in line with the expectations of Japanese tourists. During the pandemic, service activities can be carried out online using the Zoom application. Although it is not carried out face-to-face, the special tourist guides are very enthusiastic about participating in the six-month training activities which are held every Sunday with two learning sessions. This is evidenced by the presence of participants from various tourism-aware groups in Bangli district in varying age ranges. They persisted in following the training until the end. Teaching modules that are arranged according to needs provide a change for tour guides in communicating using the right Japanese language. This condition is evidenced by the ability to answer questions and make sentences that are in accordance with grammar for the beginner level. By understanding proper grammar, messages can be conveyed properly and can implement oral communication ethics based on Japanese culture. |
Publisher Name | ICSE (Institute of Computer Science and Engineering) |
Publish Date | 2021-11-01 |
Publish Year | 2021 |
Doi | DOI: 10.36596/jpkmi.v2i4.280 |
Citation | |
Source | JPKMI (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia) |
Source Issue | Vol 2, No 4: November (2021) |
Source Page | 330-339 |
Url | http://icsejournal.com/index.php/JPKMI/article/downloadSuppFile/280/177 |
Author | Dr ELY TRIASIH RAHAYU, S.S., M.Hum |
File | 2293301.pdf |
---|