Abstract | Penggunaan tingkat tutur hormat keigo wajib digunakan dalam bisnis Jepang, salah satunya domain pariwisata, ketika berkomunikasi melalui media online, yaitu media sosial. Penelitian ini berfokus pada penggunaan keigo dari driver guide ketika berkomunikasi dengan wisatawan Jepang melalui media sosial. Penelitian kualitatif ini dilakukan di Kabupaten Badung dan Gianyar karena mempertimbangkan intensitas kunjungan wisatawan Jepang lebih tinggi dibandingkan kabupaten lainnya di Bali, sehingga banyak masyarakat bekerja dalam domain pariwisata, salah satunya berprofesi sebagai driver guide. Teknik pengumpulan data yaitu menyimak, mencatat interaksi driver guide, serta didukung teknik wawancara mendalam. Data dalam bentuk tertulis melalui media sosial, yaitu Whatshapp, Line, dan Instagram. Berdasarkan analisis domain, taksonomi, komponensial, dan analisis tema budaya, dengan mempertimbangkan kekuasaan, jarak sosial, tingkat pembebanan, dan situasi. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan keigo dari driver guide tidak konsisiten karena ditemukan kekeliruan dalam menggunaan keigo dan bentuk futsuugo pada bahasa tulis di media sosial. Driver guide masih belum memahami pola interaksi melalui media online yang berbeda dengan komunikasi lisan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lintas budaya pada bahasa, sistem kelompok berdasarkan pada konsep uchisoto, sistem komunikasi dan struktur kalimat yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Namun, meskipun kemampuan berbahasa Jepang secara tertulis sangat kurang, driver guide mampu memberikan pelayanan informasi secara positif melalui media online sebagai bentuk layanan jasa serta sikap ramah ketika merespons pertanyaan melalui media sosial yang digunakan sebagai alat komunikasi, sehingga komunikasi dapat berjalan baik. Temuan ini dapat dijadikan evaluasi bagi driver guide untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang, khususnya berkomunikasi menggunakan bahasa tulis melalui penyuluhan dari Dinas Pariwisata Bali. |